Evaluasi Pembelajaran : Pengukuran Ranah Afektif dan Psikomotor
Berikut ini salah satu contoh makalah singkat membahas tentang pengukuran ranah afektif dan psikomotor. Makalah ini cukup menarik uuntuk dibaca khususnya bagi tenaga pendidik, agar lebih memperdalam pengetahuan dalam evaluasi pembelajaran.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemampuan berfikir merupakan ranah kognitif yang meliputi
kemampuan menghapal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensistensis
dan mengefaluasi. Kemampuan psikomotor, yaitu keterampilan yang
berkaitan dengan gerak, menggunakan otot seperti lari, melompat, menari,
melukis, berbicara, membongkar dan memasang peralatan, dan sebagainya.
Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat
membentuk tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri.
Semua kemampuan ini harus menjadi bagian dari tujuan pembelajaran di
sekolah, yang akan dicapai melalui pembelajaran yang tepat.
Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang,
namun implementasinya masih kurang. Hal ini di sebabkan merancang
pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti
pembelajaran kognitif dan psikomotor. Satuan pendidikan harus merancang
kegiatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif dapat
dicapai. Keberhasilan pendidik melaksanakan pembelajaran ranah
afektifdan keberhasilan peserta didik mencapai kompetensi afektif perlu
dinilai. Oleh karena itu perlu dikembangkan acuan pengembangan perangkat
penilaian ranah afektif serta penafsiran hasil pengukurannya.
Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
standar nasional pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan
mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ini berarti bahwa
pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta didik
yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan),
dan psikomotor (keterampilan).
Pada umumnya penilaian yang dilakukan oleh pendidik lebih menekankan pada penilaian ranah kognitif. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena pendidik kurang memahami penilaian ranah afektif dan psikomotor.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pengukuran ranah afektif dan ranah psikomotorik?
2. ciri-ciri ranah penilaianafektif dan psikomotorik?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGUKURAN RANAH AFEKTIF
1. Pengertian Pengukuran Ranah Afektif
1. Pengertian Pengukuran Ranah Afektif
Hingga dewasa ini ranah afektif merupakan kawasan pendidikan
yang masih sulit digarap secara operasional. Kawasan afektif sering kali
tumpang tindih dengan kawasan kognitif dan psikomotorik. Afek merupakan
karakteristik atau unsur afektif yang diukur, ia bisa berupa minat,
sikap, motivasi, konsep diri, nilai, apresiasi, dan sebagainya.
Ranah afektif adalah rana yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Rana afektif
mencakup watak prilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat
tinggi.
Rana afektif menjadi lebih rinci lagi kedalam lima jenjang, yaitu :
1) Receiving atau attending : (menerima atau
memeperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan
(stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah,
situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya
adalah : kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan
menyelesaikan gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar.
2) Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya
parsitipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan drinya secara aktif
dalam fenomena tertentu dalam membuat reaksi terhadapnya salah satu
cara. Jenjang ini lebih tinggi dari pada jenjang receiving. Contoh hasil
balajar ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya
untuk mempelajarinya lebih jauh atau mengenali lebih dalam lagi,
ajaran-ajaran islam tentang kedisiplinan.
3) Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau
menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan
terhadap sesuatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu
tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi dri pada
receiving atau responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar,
peserta didik disini tidak hanya mampu menerima nilai yang diajarkan
tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena,
yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai
dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa
peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai dicamkan
(internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut
telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar afektif jenjang
valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peserta didik
untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun ditengah-tengah
kehidupan masyarakat.
4) Organization (=mengatur atau mengorganisasikan),
artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga membentuk nilai baru yang
universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau
mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem
organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai dengan nilai yang
lain. Pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh
nilai afektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung
penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden
Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995.
5) Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi
dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem
nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah
menempati tempat tertinggi dalam suatu hirarki nilai . nilai itu telah
tertaman secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi
emosinya.
secara skematik kelima jenjang afektif sebagaimana telah
dikemukakan diatas, menurut A.J Nitko (1983) dapat digambarkan sebagai
berikut :
Pengukuran ranah afktif tidak dapat diukur seperti halnya
ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah,
Menerima (memperhatikan), merespon, menghargai, mengorganisasi, dan
karakteristik suatu nilai.
Sedangkan tujuan penilaian afektif adalah :
1) Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru
maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan
mengadakan program perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya.
2) Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik
yang dicapai antara lain diperlukan sebagai bahan bagi : perbaikan
tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada orang tua, dan
penentuan lulus tidaknya anak didik.
3) Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar
mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan
serta karakteristik anak didik.
4) Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.
Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang
terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa
kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan
netral. sikap pada hakekatnya adalah kecendrungan berprilaku kepada
seseorang.
Ada tiga komponen sikap :
1) Kognisi, berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapi.
2) Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut.
3) Konasi berkenaan dengan kecendrungan berbuat terhadap objek tersebut
2. Ciri-ciri Ranah Penilaian Afektif
Pemikiran atau prilaku harus memiliki dua kriteria untuk
diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama :
prilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua : prilaku harus
tipikal prilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif
adalah intensitas, ranah dan target. Intensitas menyatakan derajat atau
kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari pada yang
lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang dari suka atau senang.
Ada lima karakteristik afektif berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral.
1) Sikap
Sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak secara suka atau
tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara
mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan
serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam
proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan
konsistensi terfadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian untuk
mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi
pelajaran, pendidik dan sebagainya.
Menurut fishbein dan ajzen (1975) sikap adalah suatu
predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif
terhadap suatu objek, situasi, konsep atau orang. Sikap peserta didik
terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau mata pelajaran.
2) Minat
Menurut getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang
terorganisir melalui pengalaman yanh mendorong seseorang untuk
memperoleh objek khusus, aktifitas, pamahaman dan keterampilan untuk
tujuan perhatian atau pencapaian. Secara umum minat termasuk
karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
Penilaian minat dapat digunakan untuk :
a. Mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk mengarahkan dalam pembelajaran,
b. Mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya
c. Memepertimbangkan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik
d. Menggambarkan keadaan langsung dilapangan/kelas
3) Konsep Diri
Menurut smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan
individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah
dan intesitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain.
Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti
sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya
bisa dinyatakan dalam suatu daerahkontinum, mulai dari rendah sampai
tinggi.
Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut:
a. Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik
b. Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai
c. Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
4) Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan
tentang perbuatan, tindakan atau prilaku yang dianggap baik dan yang
dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu
organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi,
sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga
berupa sesuatu seperti sikap dan prilaku. Arah nilai dapat positif dan
dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau
rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
5) Moral
Piaget dan kohlberg banyak membahas tenyang perkembangan moral anak. Namun kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral
dan tindakan moral. Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar
terhadap kebahagiaan orng lain atau perasaan terhadap tindakan yang
dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang
lain, atau mukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering
dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan
perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan
prinsip, nilai dan keyakinan seseorang.
Rana afektif lain yang penting adalah :
- Kejujuran : peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dala berinteraksi dengan orng lain.
- Integritas : peserta didik harus meningkatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik.
- Adil : peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan
- Kebebasan : peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai
utamanya menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis
penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu :
- Laporan diri oleh siswayang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim,
- Pengamatan sistematis oleh guru tethadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah :
- Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian
- Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan
- Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai.
- Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasi nilai, mamahami hubungan abstrak, mangorganisasi sistem suatu nilai.
B. PENGUKURAN RANAH PSIKOMOTORIK
1. Pengertian Pengukuran Ranah Psikomotor
Istilah Psychomotor, psikomotor terkait dengan kata motor, sensory-motor, atau perceptual- motor. Ranah psikomotor
erat kaitannya dengan kerja otot yang menjadi penggerak tubuh dan
bagian-bagiannya, mulai dari gerak yang sederhana seperti
gerakan-gerakan dalam shalat sampai dengan gerakan-gerakan yang kompleks
seperti gerakan-gerakan dalam praktik manasik ibadah haji. Keterampilan
lebih terkait dengan psikomotor.
Pengukuran ranah psikomotor
dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Namun
biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran
ranah kognitif sekaligus. Misalnya penampilannya dalam menggunakan
termometer diukur mulai dari pengetahuan mereka mengenai alat tersebut,
pemahaman tentang alat dan penggunaannya (aplikasi), kemudian baru cara
menggunakannya dalam bentuk keterampilan. Untuk pengukuran yang terakhir
ini harus diperinci antara lain : cara memegang, cara
melatakkan/menyipkan kedalam ketiak atau mulut, cara membaca angka, cara
mengembalikan ke tempatnya dan senagainya. Ini semua tergantung dari
kehendak kita, asal tujuan pengukuran dapat tercapai.
Instrummen yang digunakan mengukur keterampilan biasanya
berupa matriks. Ke bawah menyatakan perperincian aspek (bagian
keterampilan) yang akan diukur, kekanan menunjukkan skor yang dapat
dicapai.
1. Ciri-ciri Pengukuran Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang
pencapaiannya melaluli keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan
kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas
fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya.
Penilaian psikomotorik dapat di lakukan dengan
menggunakan observasi atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian
banyak di gunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses
terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi
dapat mengtukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik.
Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi
peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan
alins ketika belajar.
Observasi di lakukan pada saat prodses kegiatan itu
berlangsung. pengamat terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah
laku apa yang hendak di observasinya, lalu di buat pedoman agar
memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam
pedoman yang di buat.
sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian
mengenai tingkah laku yang tampak untuk observasi, bisa pula dalam
bentuk member tanda cek pada kolom jawaban hasil observasi.
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah di kuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat nerupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes untuk kerja.
1) Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang di lakukan melalui tes ini, jika
tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat di pakai untuk memperagakan
penampilan peserta didik, sehingga peserta didik dapat di nilai tentang
penguasaan keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga
seolah-olah menggunakan suatu alat yang sebenarnya.
2) Tes untuk kerja (work sample)
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini,
dilakukan dengan sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakh
peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut.
Misalnya dalam melakukan praktik pengaturan lalu lintas di lapangan yang
sebenarnya.
Tes simulasi dan tes untuk kerja, semuanya dapat diperoleh
dengan observasi langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan
pembelajaran. Lembar observasi dapat menggunakan daftar cek (chek-list) ataupun skala penilaian (rating scale).
Psikomotorik yang di ukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala
penilaian terentang dari sangat baik, baik, kerang, dan tidak baik.
Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan
dengan ranah psikomotor adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di
laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah
kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila di bandingkan dengan
ranah psikomotor. Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor menggunakan
tes untuk kerja atau lembar tugas.
Contohnya kemampuan psikomotor yang di bina dalam belajar
matematika misalnya berkaitan dengan kemampuan mengukur (dengan satuan
tertentu, baik satuan baku maupun tidak baku), menggambar bentuk-bentuk
geometri (bangun datar, bangun ruang, garis, sudut, dll) ata tanpa alat.
Contoh lainnya, siswa di bina kompetensinya menyangkut kemampuan
melukis jaring-jaring kubus secara psikomotor dapat dilihat dari gerak
tangan siswa dalam menggunakan peralatan (jangka dan penggaris) saat
melukis. secara teknis penilaian ranah psikomotor dapat di lakukan
dengan pengamatan (perlu lembar pengamatan) dan tes perbuatan.
Dalam ranah psikomotorik yang di ukur meliputi (1) gerak
reflex, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perceptual, (4)
keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi
(tanpa bahasa melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan
interprestatif.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
- Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti persaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing(4) organization (5) characterization by evalue or calue complex.
- Ranah Psikomotormerupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari8, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1959) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.
- Ciri ranah penilaian afektif yaitu pemikiran atau perilaku harus memiliki dua criteria untuk di klasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yaqng lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat di banding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang pada pelajaran di maknai porotif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan di tinjau bersama-sama, maka karasteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktifitas, atau ide sebagai arah dari perasaan.
- Cakupan yang diukur dalam ranah afektif adalah adalah: menerima (A1), menanggapi (A2), Menghargai (A3), Mengatur diri (A4), dan menjadikan pola hidup (C5).
- Ranah afektif tidak dapat di ukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang di ukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon, Menghargai, Mengorganisasi.
- Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat di ukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Dalam ranah psikomotorik yang di ukur meliputi (1) gerak reflex, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perceptual, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasa melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
- Cakupan yaqng diukur dalam ranah Psikomotorik adalah adalah: Persepsi (P1), Kesiapan (P2), Gerakan terbimbing (P3), Bertindak secara mekanis (P4),dan Gerakan yang kompleks (P5).
Hasil belajar peserta didik dapat dikelompokkan menjadi tiga
ranah, yaitu kognitif, afektif, psikomotor. ketiga ranah ini tidak dapat
dipisahkan satu sama lain secara aksplisit. Apapun mata pelajarannya
selalu mengandung tiga ranah tersebut, namun penekanannya berbeda. mata
pelajaran yang menuntut kemampuan praktik lebih menitik beratkan pada
ranah psikomotor sedangkan mata pelajaran yang menuntut kemampuan teori
lebih menitik beratkan pada ranah kognitif dan keduanya selalu mengandug
ranah afektif.
Read more: http://www.artikelbagus.com/2011/06/pengukuran-ranah-afektif-dan-psikomotor.html#ixzz2yqPZIctC
0 Komentar