Advertisement

PROFIL

Sufi Muda Tiga Zaman

“Orang yang mati keluar ruhnya jika tidak ada nama Alloh walaupun amalnya segunung tidak akan dihitung oleh Alloh, jadi orang yang diterima ruhnya oleh Alloh adalah yang ruhnya ada nama Alloh, inilah arti penting dari sebuah talqin dzikir”

 

Suatu siang di hari minggu yang lalu (20/10/2013), taabuut mendapat kesempatan untuk mewawancarai ulama sufi muda di kediam­annya tepatnya di Jl. Gotong Royong RT 06/04 No.87a Kaliabang Tengah Bekasi Utara.

Beliau adalah seorang staff karyawan di sebuah perusahaan ternama di Indonesia yang merupakan ahli sufi muda yang terlahir dari pasangan Masasro (Tegal Jawa Tengah) dan Masnah (Purwakarta)  bernama Ali Masruri (Aa) pada hari selasa tanggal 11 Oktober tahun 1973 di Plered Purwakarta. Beliau merupakan anak kelima dari lima bersaudara (bungsu). Sejak kecil aa memiliki kemampuan atau sifat yang spesial, tidak seperti anak-anak sebayanya, ia memiliki intuisi yang tajam (indera keenam). Menurut keluarga yang dekat dengan lingkungan pergaulannya, aa mengaku bahwa ia mampu melihat alam ghoib yang tidak bisa dilihat oleh orang lain dengan penglihatan biasa. Aa sering bertemu dengan raja-raja zaman dulu yang merupakan nenek moyangnya. Bahkan menurut ibunya, aa sewaktu kecil mengaku bisa bicara dengan orang yang meninggal. Aa mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi terhadap sesuatu. Aa bisa menceritakan suatu hal secara detail meski ia tidak mengalaminya. Aa  juga mampu menunjukan empati yang sangat dalam dan mudah merasa iba serta tampak bijaksana untuk anak seusianya. Sungguh sifat yang luar biasa. Dan dalam dunia kini kemampuan anak yang luar biasa seperti itu sering disebut dengan anak indigo.    

Terlahir sebagai anak Indigo bukanlah sebuah pilihan, tetapi merupakan takdir yang tidak bisa dihindari. Ketika aa menyadari kehadirannya bukan sebagai orang biasa, merasakan penolakan terhadap perilaku manusia yang buruk dan jahat, melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain, ingin merubah dunia menjadi lebih baik dengan kekuatan sendiri, saat itu pula aa merasa tidak bisa lagi melepaskan diri dari tanggung jawab. Bahkan sejak usia 11 tahun sering menjadi imam di mushola dekat rumahnya.

Dari sisi kehidupan keluarga, aa adalah seorang yang rajin bekerja membantu untuk berbakti kepada kedua orang tua dan keluarganya, hingga ketika menginjak remaja aa pernah membuat roti sebanyak 10.000 buah dalam sehari. Ini menunjukkan bahwa ia seorang yang kuat keinginan hatinya yaitu untuk berbakti kepada keluarganya.

Pada usia 9 tahun, aa kuat sekali keinginannya untuk bertemu dengan waliyulloh.  Sampai aa mengikuti cara hidup para wali Alloh, seperti ketika berjalan aa selalu menundukkan kepala, tidak banyak bicara yang tidak perlu, selalu punya wudlu, dan lain sebagainya. Aa sering jalan kaki untuk ziaroh ke maqom para wali. Sehingga pada tahun 1994 aa sampai di Suryalaya dan bertemu abah anom untuk ditalqin dzikir. Pangersa Abah Anom pernah bersabda bahwa aa akan diberi tugas berat pada usia 40 tahun. Jadi aa tidak diangkat oleh Abah Anom sebagai wakil talqin karena belum mencapai usia 40 tahun, “Nanti saja jadi wakil talqinnya oleh mursyid berikutnya,” sabda Abah Anom. Dan ketika beliau diangkat wakil talqin pada manaqib di Sirnarasa oleh Abah Aos adalah hari ulang tahunnya yang ke-40. “Aa mah murid tiga zaman,” sabda Abah Aos. Ini karena aa sudah menerima bimbingan ilmu dan riyadhoh dari kakeknya Abah Suhandi seorang ahli amal yang merupakan murid Abah Sepuh. Kemudian aa menerima talqin dzikir dari Abah Anom dan diangkat menjadi wakil talqin oleh Abah Aos. Aa sering diajarkan untuk mengalami perjalanan ruhani yang menambah kemampuan spiritualnya dalam thoriqoh, termasuk pengajaran bagaimana perjalanan kematian.

“Demi Alloh, ikhwan thoriqoh wafatnya dijemput oleh Guru Agung (Syekh Mursyid). Semua ikhwan yang diakui oleh gurunya, malaikat maut berada dibelakang syekh mursyidnya, sebelum wafatnya malaikat datang dulu kepada syekh mursyid dengan mengatakan bahwa murid tuan yang bernama Fulan atas izin Alloh akan diambil, jika syekh mursyid melarang maka malaikat balik lagi tidak jadi mengambil si Fulan, jika diizinkan maka syekh mursyid datang melihat muridnya, apabila syekh mursyid melihat masih banyak dosanya maka beliau akan meminta kifarat kepada Alloh untuk disucikan dan diampuni dosanya, kemudian si murid diantarkan oleh syekh mursyid ke tempatnya, tidak dibawa oleh malaikat.” Papar aa dengan gaya bicara yang khas. Bahkan kata beliau bahwa setelah wafat seorang murid Syekh Mursyid bisa terus naik derajatnya di sisi Alloh SWT.

Pada hari ulang tahun Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul qs. tanggal 13 Agustus 2013 yang lalu, aa diberi gelar oleh Abah Aos “ASYIQ” yang artinya yang dirindukan para aulia Alloh sehingga namanya menjadi Ali Asyiq Masruri. Kiprahnya di lingkungan ikhwan TQN PPS sudah dikenal luas, terlebih di daerah Bekasi. Beliau begitu rendah hati, selalu bersikap lemah lembut kepada setiap orang yang dijumpainya, menjadi panutan keluarga dan jama’ahnya serta disayangi oleh guru-gurunya termasuk Abah Aos.

Posting Komentar

0 Komentar

SITUS JUAL BELI DAN INFO PELUANG USAHA