Advertisement

Model dakwah sufistik TQN

Oleh : Syuhudul Anwar M. Ag


Sejak pertama berguru kepada Syaikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin, Abah Aos adalah sosok yang cinta ilmu. Ini belum saya temukan pada yang lain dimana ketundukkan kepada abah anom adalah disebabkan oleh ketundukkan kepada karomah-karomahnya saja dan bukan pencarian kebenaran yang didasarkan pada ilmu. Padahal rosul bersabda, barangsiapa yang mengamalkan ilmu yang ia ketahui maka ia akan diberikan wawasan apapun yang belum ia ketahui.

 

Cinta pada ilmu adalah modal utama dalam hidup ini. Silahkan saja bayangkan bagaimana jadinya dunia ini jika para ilmuwan tidak ada sejak dahulu. Karena bertahannya alam ini hingga detik ini adalah dengan ilmu. Maka, Abah Aos pada awalnya pada saat pertemuan pertamanya dengan abah anom adalah bukan didasari oleh keinginan apapun tetapi memang atas dasar kecintaan pada ilmu yang belum didapatkannya di pesantren tempat beliau belajar.

 

Setelah cinta ilmu, beliau pun terus berkembang wawasannya melalui pembelajaran-pembelajaran dari abah anom secara langsung maupun tidak langsung, melalui penelaahan mandiri maupun dialog dengan abah anom, tentang ke-tasawuf-an dan ke-tqn-an. Sering sekali beliau dipinjamkan kitab rujukan oleh Abah Anom untuk dikaji dan dikaji. Diantaranya kitab-kitab yang dijadikan rujukan Miftahusudur.

 

Setelah pembelajaran, apapun yang ada didalam rujukan-rujukan tersebut ternyata langsung diterapkan oleh beliau dalam kehidupan sehari-hari. Penerapannya ini yang luar biasa karena bukan sekedar penerapan biasa tetapi penerapan yang memang didasari komitmen atau tidak bergeser dari ajaran-ajaran yang diberikan oleh abah anom. Sehingga Abah Aos adalah seorang murid yang memang mampu memodel Abah Anom kira-kira hingga 80%nya.

 

Dalam hadis tadi dikatakan akan diberikan apapun yang belum ia ketahui, jelas sekali, komitmennya dan loyalitasnya dalam “berguru” membuatnya menjadi sosok yang visioner. Jika Abah Anom adalah sosok yang futuristik maka Abah Aos adalah sosok yang visioner. Futuristik dan visioner berisi hal-hal yang belum diketahui karena menyangkut masa depan atau waktu yang akan datang. Jika abah anom seolah tahu akan terjadi sesuatu, maka Abah Aos seolah mengarahkan suatu proses pada sesuatu itu. Subhanalloh.

 

Karakter dakwah abah Aos secara umum:

1.      Tidak membawa nama dirinya tetapi selalu berada di jalur silsilah.

2.      Didasari oleh lima pokok dasar tqn, sehingga seringkali membuatnya sensasional.

3.      Mengutamakan empat prinsip harapan abah anom; ilmu, amal, akhlak, dan bahasa dalam berdakwah.

 

Karakter bahasa dakwah lisan Abah Aos:

  1. Menyentuh
  2. Tegas, karena didasari oleh kuatnya amaliyah.
  3. Singkat, tidak berlama-lama dalam berbicara.
  4. padat, berisi materi-materi yang berbobot ilmu dan amal.
  5. Jelas, sehingga mampu diterima oleh berbagai kalangan dan mudah untuk dicerna.
  6. Fokus, tidak membawa jemaah pada wacana-wacana yang membuat fikiran mereka terbagi.

7.      Dan terkadang didasari oleh kecerdasannya yang di atas rata-rata, muncul istilah-istilah yang hingga detik ini masih banyak murid Abah Anom yang menggunakannya, seperti Abah Anom adalah mujaddid’, bahkan Abah Anom adalah mursyid’. Yang muncul dari kajian pribadi terhadap ilmu dan amal.

 

Oleh karena itu, kaitannya dengan dakwah atau cara agar pesan ajaran islam yang hakiki ini tersampaikan kepada khalayak ramai, ada persamaan dan perbedaan antara abah anom dengan muridnya yakni Abah Aos. Persamaanya adalah mereka berdua memiliki karya besar yang bisa dikenal oleh banyak orang. Perbedaannya dalam bentuk karyanya, jika abah anom dikenal hingga tingkat internasional dengan konsep ‘inabah’nya, yang berisi program pemulihan dan pembinaan mental manusia dengan metode tasawwuf, dan ini menyebabkan keingintahuan IFNGO dan lembaga PBB datang ke Pesantren Suryalaya.

 

Sedangkan abah Aos dikenal oleh banyak orang hingga tingkat regional dengan konsep ‘manaqiban mesjid-mesjid’. Dan ini menimbulkan keingintahuan sebuah universitas besar di malaysia yang mengundang beberapa perwakilan dari institusi perguruan tinggi di suryalaya untuk presentasi disana beberapa bulan lalu mengenai adanya manaqiban di mesjid-mesjid. Yang mendorong mereka ingin tahu tentang manaqiban di mesjid-mesjid adalah disebabkan para ilmuwan islam yang mungkin secara tak sengaja menganggap bahwa sufi adalah pemegang ajaran yang tidak mau berinteraksi dengan khalayak. Dan menurut saya, anggapan seperti ini sama saja dengan menganggap para sufi adalah orang-orang yang menganggap dirinya tidak sesuai dengan syariat sehingga tidak berani untuk keluar kandang. Dengan manaqiban di mesjid-mesjid telah merubah image sufi menjadi komunitas yang dikenal baik di masyarakat.

 

Apapun yang dilakukan oleh abah Aos adalah dakwah. Apakah itu dakwah secara personal, antara beliau dengan keluarga, kerabat, tetangga, dan murid-muridnya. Juga dakwah secara sosial, menggerakkan massa untuk menciptakan kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada pelestarian ajaran islam secara hakiki.  Kedua tipe ini dilakukan bagaimanapun caranya dan tentunya sangat selaras dengan syariat.

 

Abah Aos adalah teladan kita dalam berdakwah. Dengan dakwah beliau yang dilandasi keteguhan diri dalam mempertahankan ajaran secara ilmu dan amaliyah, membuatnya begitu kuat menahan segala rintangan yang berusaha menghadang. Tentunya ini pun tidak lepas dari dorongan dan komitmen beliau memegang teguh robitoh terhadap silsilah yang termanifestasi dalam segala af’al dan ahwal beliau yang tidak jauh berbeda dengan apa yang dicontohkan oleh para pendahulunya dalam dunia thoriqoh qodiriyyah naqsyabandiyyah khususnya guru terdekat beliau Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin.

 

Harapan besar kita, di depan nanti, muncul banyaknya da’i dan muballig yang nota bene adalah murid Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin yang memindahkan sosok Abah Aos ke dalam pribadi mereka secara utuh. Menerapkan ke dalam diri mereka, sosok abah Aos yang memegang teguh ajaran melalui pembelajaran dari sang guru secara shuhbah langsung dan penemu jati diri sang guru dalam miftahussuduur, penggenggam secara kokoh tanbih, dan pengikat diri terhadap sunnah-sunnah serta akhlaq karimah Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin. Aammiinn.

Posting Komentar

0 Komentar

SITUS JUAL BELI DAN INFO PELUANG USAHA